Perebutan Lokasi Pemakaman
Tidak
seperti para perwira militer lainnya yang mengisi masa pensiunnya di
kancah politik nasional, setelah pensiun dari pengabdiannya di jalur
militer, di jajaran Perwira Menengah Angkatan Darat, M.A. Sentot memilih
tinggal di rumahnya di bilangan Bugel, Kecamatan Patrol, Kabupaten
Indramayu. Rekan seangkatannya seperti Jenderal (alm) Umar
Wirahadikusumah bahkan sempat menjadi wakil presiden.
Jika saja
pejuang Indramayu ini ingin memanfaatkan keadaan, karena hubungannya
yang dekat dengan wakil presiden itu, sebenarnya M.A. Sentot bisa
menjadi “pejabat”, atau setidaknya “orang besar” di masa Orde Baru.
Namun M.A. Sentot bukan orang yang suka memanfaatkan keadaan. “Ayahku
tidak suka aji mumpung,” ungkap Agung Dharma Jaya, salah seorang anaknya
yang kini bekerja di TV Education Jakarta, menggambarkan profil masa
tua ayahandanya.1
Menurut hasil pengamatan Agung yang juga merasakan
langsung kehidupan orang tuanya dan perlakuan tegas terhadap
anak-anaknya, M.A. Sentot merupakan orang yang memegang teguh prinsip
kemiliteran. Jika ingin menjadi orang, menjadilah dengan usaha sendiri,
bukan dengan cara-cara curang yang tidak terpuji.
Hingga masa tuanya,
M.A. Sentot menolak diperlakukan istimewa. Pejuang sekaligus pahlawan
Indramayu ini memilih hidup bersama rakyat kebanyakan. Beliau menyatu
dengan masyarakat di sekitarnya. Hingga akhirnya wafat di Rumah Sakit
Pertamina Cirebon pukul 07.30 WIB 6 Oktober 2001 dalam usia 76 tahun,
barulah para pembesar dari jajaran Angkatan Darat dan beberapa pejabat
terkejut: betapa Indonesia, kembali kehilangan putra terbaiknya.
Di
manakah pahlawan asal Indramayu ini akan dimakamkan? Konon, sebelum
pemakaman dilakukan terjadi semacam “perebutan keinginan” lokasi
pemakaman antara pihak Pemerintah Kabupaten Indramayu dan pihak militer
Angkatan Darat. Pihak Pemerintah Kabupaten Indramayu, yang diwakili
Bupati Irianto M.S. Syafiuddin, menginginkan M.A. Sentot dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Indramayu, namun di pihak lain, jajaran militer
Angkatan Darat menginginkan para mantan prajurit terbaiknya dimakamkan
di TMP Cikutra Bandung. Hasil perundingan akhirnya memutuskan bahwa M.A.
Sentot dimakamkan di TMP Cikutra Bandung. Hal itu, tampaknya, memang
lebih memperjalas posisi kepahlawanan M.A. Setot yang bukan hanya
merupakan pahlawan Indramayu, tetapi merupakan pahlawan Jawa Barat, dan
bahkan pahlawan nasional yang kiprah kemiliterannya memang pernah berada
di level nasional.
Dalam nota administrasi pemakamannya, M.A. Sentot
terdaftar dalam tulisan tangan Kantor TMP Cikutra Bandung, sebagai
pahlawan dengan nomor urut 136. Dalam dokumen bertuliskan tulisan tangan
itu nama M.A. Sentot dilahirkan di Indramayu pada 17 Agustus 1925,
berpendidikan umum terakhir SMA, pendidikan militer PETA, berpangkat
Kolonel dengan NRP 11893, berkesatuan terakhir di DEN MABESAD, tanggal
wafat 6 Oktober 2001 dan dimakamkan 7 Oktober 2001 di lokasi C-I.
Menurut petugas yang memelihara TMP Cikutra, M.A. Sentot dimakamkan pada
09.30 WIB.
Koran-koran terbitan nasional dan lokal pada hari-hari di
seputar wafatnya pejuang dan pahlawan asal Indramayu, M.A. Sentot,
dipenuhi iklan turut berduka cita. Salah satu iklan duka cita
disampaikan secara kolektif. Nama-nama dan jabatan mereka yang berduka
cita, yang tercantum di iklan itu, mencerminkan sebesar apa pengorbanan
dan jasa yang telah dilakukan M.A. Sentot terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Mereka yang berduka cita itu, di antaranya adalah:
- Panglima Daerah Militer III Siliwangi Mayor Jenderal TNI Darsono,
- Letnan Jenderal. TNI. (Purn) Mashudi,
- Laksamana Madya, TNI (Purn) Rachmat Sumengkar,
- Letnan Jenderal TNI Agum Gumelar,
- Kolonel. TNI AD (Purn) H. Aboeng Koesman,
- Kolonel Pol. (Purn) H.R. Wiryatmo,
- Letnan Kolonel. CPM. (Purn) Emon Suparman,
- Bupati Kepala Daerah Indramayu H. Irianto M.S. Syafiudin,
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Indramayu,
- Pemerintah Kota Bandung,
- Kepala Staf Garnisun Bandung Cimahi,
- Komandan Kodim 0618 Bandung,
- Komandan Kodim 0616 Indramayu,
- Kepala Kepolisian Resort 853 Indramayu,
- Kepala Rumah Sakit Pertamina Cirebon, beserta dokter & perawat,
- Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung WANADRI,
- Wakil Ketua Federasi Aero Sport Indonesia, Drs. H. Nisfu Chasbullah,
- AVES Sport Parachute Club Bandung,
- Pengurus PSSI Pusat Jakarta,
- Pengda PSSI Jabar,
- Keluarga Besar PERSIB,
- Keluarga Besar Drs.H. Achmad “Aa BOXER” Drajat,
- Keluarga Besar H. Abdul Kahar, Plumbon, Indramayu,
- Keluarga Besar H. Muharam Djayadihardja Bandung,
- Keluarga (Alm) Kolonel. CPM. Suryalaga Ardisasmita,
- Warga Masyarakat Desa Plumbon & Kabupaten Indramayu,
- Warga Masyarakat Desa Bugel/Desa Sukahaji Kec. Sukra Indramayu,
- Warga Masyarakat Jalan Jakarta RT. 02 RW. 08 Kelurahan Kacapiring, Kecamatan Batununggal, Kotamadya Bandung,
- Direksi & Staf P.T. Duta Pertiwi Santosa Jakarta,
- Direksi & Staf P.T. Binawana Sarana (BWS) Jakarta,
- Direksi & Staf P.T. Terranova Canoe Prima Bandung,
- Direksi & Staf TLH Motor Bandung,
- Paguyuban Warga Jl. Tanjung Sari Raya, RW 10, 11, 12, Antapani Bandung,
- Ibu-ibu M.T. Daaruttaqwa Jalan Tanjung Sari Raya, RW 11 Antapani Bandung,
- Ibu-ibu M.T. As Siddiq Jalan Kebon Waru Utara, RW 08 Bandung,
- Ibu-ibu M.T. Assalam Bandung,
- Ibu-ibu M.T. Witir Bandung,
- Ibu-ibu M.T. Yayasan Hajjah Multazam,
- Keluarga Dwi Sulysviantina Pulri Soehono. Jakarta,
- Rekan-rekan Herbalife Jakarta.
Indramayu di Awal Masa Kemerdekaan Republik Indonesia
Sebelum
pasukan militer Indonesia terbentuk seperti sekarang ini, para
putera-puteri terbaik tanah air pernah mengalami berbagai pertempuran
dan kondisi yang penuh tantangan, khususnya di awal masa kemerdekaan. Di
setiap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terjadi pertempuran
dengan pasukan-pasukan Belanda yang memang ingin menjajah kembali
Republik Indonesia. Mereka, pasukan kerajaan Belanda menyadari betul
bahwa menjajah bangsa lain itu menyenangkan, membuat mereka semakin kaya
dengan hasil bumi.
Di lain pihak secara perlahan-lahan di kalangan
bangsa Indonesia timbul kesadaran bahwa dijajah itu hina, tidak
menyenangkan, dan perlu melawan. Itulah sebabnya sejak Jepang
menggembar-gemborkan patriotisme Asia Raya dan harus mengusir kedatangan
bangsa-bangsa Eropa dari daratan Asia, maka patriotisme para pemuda
Indonesia bangkit. Mereka tidak saja menentang penjajahan Belanda, namun
juga menentang kehadiran pendudukan Jepang itu sendiri.
Upaya
menentang penjajah itu terjadi di banyak daerah, termasuk Indramayu.
Dalam kenyataannya perlawanan masyarakat Indramayu terhadap tentara
pendudukan Jepang dipelopori oleh beberapa orang pemuka agama. Hal ini
merupakan sesuatu yang wajar, sebab dalam ajaran agama terdapat
nilai-nilai patriotisme dan keharusan mengusir musuh yang hendak
menjajah dari tanah kelahiran.
Saat itulah di Indramayu muncul
pejuang-pejuang yang menentang pendudukan Jepang seperti H. Ilyas, H.
Durahman, dll. Pemberontakan yang dilakukan oleh para pemuka agama ini
cukup menyulitkan tentara pendudukan Jepang. Namun demikian
pemberontakan tetap bisa dipadamkan karena Jepang mampu merekrut para
penjilat yang mau mereka suapi demi kepentingan Jepang. Di kemudian
hari, keberanian penduduk Indramayu untuk menentang penjajah dan tentara
pendudukan Jepang dinilai sangat berani sehingga membuat pemberontakan
di Indramayu sama terkenalnya seperti pemberontakan Tasikmalaya
(peristiwa Singaparna), Cimahi, Blitar, dan yang lainnya. Keberanian
rakyat Indramayu, Singaparna, Cimahi, dan Blitar ini diungkapkan dalam
Pidato penuh patriotisme Presiden Sukarno di tahun 1948.
Kondisi Kemiliteran di Indramayu Tahun 1945-1946
Seiring
dengan telah diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia maka
berbagai bentuk sistem pertanahan dibentuk. Hal tersebut terjadi pula di
Indramayu yang mengalami memiliki BKR, TKR, sampai akhirnya TNI.2 Dalam
sejarah militer diketahui bahwa di akhir tahun 1946 di Jawa Barat telah
terbentuk Resimen 12 Divisi IV Siliwangi yang dipimpin oleh Kolonel
Sapari. Resimen ini berkedudukan di Cirebon.
Untuk memantapkan
operasinya, Resimen 12 memiliki 6 (enam) Batalyon dan 1 (satu)
Detasemen. Personal pimpinan dari komponen organisasi tersebut terdiri
dari:
- Mayor Suwardi sebagai Dan Yon I yang berkedudukan di Cirebon,
- Mayor Sujana sebagai Dan Yon II yang berkedudukan di Kedung Bunder,
- Mayor Ribut sebagai Dan Yon III yang berkedudukan di Sindanglaut,
- Mayor U. Rukman sebagai Dan Yon IV yang berkedudukan di Kuningan,
- Mayor D. Affandi sebagai Dan Yon V yang berkedudukan di Majalengka,
- Mayor Sangun sebagai Dan Yon VI yang berkedudukan di Indramayu.
Pada
saat itu M.A. Sentot yang dikenal telah banyak berjasa sebagai Komandan
BKR di Kandanghaur dengan pangkat Letnan Satu ditempatkan di Majalenga.
Beliau yang sudah berpengalaman sebagai Komandan Kompi TKR di Kecamatan
Anjatan, terpilih menjadi salah seorang Komandan Kompi dari Batalyon V.
Di Indramayu sendiri, pada saat itu selain pasukan resmi Republik telah
ada badan-badan kelaskaran lainnya seperti Hisbulloh, Laska Rakyat,
Pesindo, dll. Meskipun banyak personal pertahanan yang ada di Indramayu
namun dari sisi persenjataan jumlahnya sangat kurang. Kebanyakan
persenjataan berada di Cirebon.
(Bersambung)